Halaman

Dynamic Blinkie Text Generator at TextSpace.net

Jumat, 22 November 2013

Paras Cantik di Atas Cakrawala Tibet




          Pagi yang sejuk dengan tiupan angin yang riuh rendah di kawasan Pegunungan Himalaya disertai dengan hawa dingin khas suasana pagi dimana malam telah berlalu dan menuju ke peraduannya. Para mahluk mahluk pagi pun mulai bermunculan keluar dari sarangnya memulai aktivitas yang telah ditetapkan oleh sang maha sebagai fitrah para mahluknya yaitu mencari kehidupan. Matahari pagi secara perlahan terbit dalam keheningan, berpendar jingga kemerahan menyentuh titik titik salju abadi pegunungan tibet. Seakan menunjukkan bahwa ciptaan sang maha tidak ada bandingannya dengan benda buatan manusia.
Matahari perlahan menampakkan wajahnya, memberi kehangatan dan harapan baru bagi umat manusia terutama para penduduk yang bermukim di daerah bersalju yang setiap hari tak peduli waktu berselimut dingin dan menapak tanah bersalju tapi tetap menjalankan aktivitas seperti biasa. Walaupun hanya sebuah desa kecil tapi kehangatan yang ditebarkan para penduduknya serasa mengalahkan pengaruh suhu dingin dibawah titik nol sekalipun, akan selalu ada tawa ceria yang bertebaran di setiap sisi desa sarangkot.
            Sarangkot, salah satu desa yang penuh dengan nuansa alamiah ciptaan tuhan memaparkan sejuta keindahan dari salah satu desa yang menarik wisatawan di Nepal. Di tengah hiruk pikuk pagi yang mulai penuh dengan kesibukan. di gang gang desa sarangkot terdapat salah satu klinik kesehatan yang terletak di pusat desa, sekitar 4 rumah di sebelah kanan kepala suku di desa tersebut. Klinik itu hanya dilengkapi dengan peralatan medis seadanya namun tiap harinya tetap dikunjungi oleh penduduk desa tersebut maupun para wisatawan yang mengeluhkan penyakit karena selain tidak ada rumah sakit yang beroperasi tetapi jug terdapat sambutan yang sangat ramah dari seorang dokter yang lebih sering dipanggil bang man de ren (sang penolong) dan dua asisten pribuminya.
            Walaupun seorang dokter tapi keseharian pemuda ini nampak biasa biasa saja, tidak ada perlakuan istimewa dan bahkan tak ada permintaannya untuk diperlakukan secara istimewa. pernah beberapa penduduk ada yang menawarkan diri untuk mengurus segala kebutuhannya agar bisa lebih fokus untuk melaksanakan tugasnya dan juga sebagai ucapan terima kasih karena sumbangsihnya terhadap masyarakat tetapi ditolak dengan halus oleh dokter ini bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan pribadinya masih bisa menjadi tanggungannya sendiri
*****
            Dr. Firman seorang warga keturunan bugis – indonesia, berkulit sawo matang khas indonesia dengan tinggi sekitar 170 cm dan rambut berombak semakin menguatkan persepsi pasien bahwa dia bukan berasal dari daerah tibet. Pada saat waktu senggang dia sempatkan waktu untuk keluar dari klinik untuk sekedar berkeliling entah ke pasar ataupun ke sekolah desa sarangkot. Penghormatan warga bukan karena dia seorang dokter karena pada awal tiba di desa ini hanyalah sebagai wisatawan semata, pakaiannya pun jauh dari embel embel yang mencerminkan bahwa dia adalah seorang dokter.
            Entah darimana semuanya berawal namun kedatangannya ke Tibet sudah menyita sebagian dari hidupnya yang sejak dari dulu didambakannya untuk sebuah rekreasi. Tengah tahun pertama setelah kelulusannya di sebuah universitas ternama membuatnya ingin melakukan rehat dari segala rutinitas yang selama ini membuatnya agak bosan dengan suasana yang hanya dianggapnya sebuah stagnasi kehidupan.
            assalamu alaikum etta, adameka’ di tibet, nantipi 3 jam ke depan kutelpon ki” pesan singkat yang terkirim dengan gaya bahasa bugis ke handphone sang bunda sesaat setelah mobil yang ditumpanginya memasuki wilayah tibet yang kebanyakan hanya hamparan awan putih dan tebaran salju yang masih basah beserta deretan pinus yang berdiri kokoh menambah indahnya tempat yang akan dikunjungi nanti olehnya. Dengan senyum yang tersungging direbahkan tubuhnya di jok mobil sembari diterpa sinar mentari sore yang akan terbenam di ufuk menandakan matahari sudah ingin melaksanakan kewajibannya di belahan bumi yang lain.
            “liburan pertama di wilayah timur asia” seraya mengadahkan kepala ke atas dan menoleh kesamping menampakkan suasana deretan pegunungan himalaya yang memanjang sampai ujung dan pangkalnya tidak nampak oleh jangkauan mata semakin menambah kekagumannya, lamunannya pun buyar ketika terdengar bunyi dering handphone menandakan sebuah pesan singkat telah masuk di handphonenya.
 iya nak, hati hati disana nak dan tettamu bilang jangan takabur di daerah orang dan jangan lupa klo mau balik ..tuh adek adekmu minta dibelikan oleh oleh...jangan lupa”. Pesan yang telah diprediksikan pengirimnya memberikan petuah petuah khas orang tua yang bermakna dalam.
Belum lama setelah pesan singkat itu terbaca, dengan sigap ditekannya tuts tuts handphonenya sambil sedikit mengeluarkan suara sambil menirukan apa yang dia tulis di handphonenya.
 i.....ye’ te..nang mi ki saja’ sa..la..mm ku sa..ma ne..nek” seraya tersenyum
            Kembali diletakkan handphone disampingnya dan suatu perasaan yang datang secara tiba tiba menerpa seluruh tubuh dan pikirannya, rasa lelah dan keletihan membuatnya terlelap tidur begitu pulas dengan posisi terduduk di atas jok mobil dibelakang supir yang membawanya karena selama di pesawat dan dalam perjalanan dari beijing sampai memasuki wilayah tibet. Dokter muda ini belum pernah tertidur setelah sampai di wilayah ini dan seakan tidak perduli dengan kejadian disekitarnya, dia seakan rela mobil yang ditumpanginya membawanya kemana saja menembus alam mimpi, menuju peraduan khayal.
*****
            “dek....dek bangun de’ ” seorang pria yang juga dari indonesia membangunkannya seraya menggoyangkan tubuh orang yang dibangunkannya yang begitu tertidur sangat pulas bahkan handphone itu pun masih tergeletak dalam posisi semula sebelum dia tidur tak sadarkan diri. Walaupun agak lama menggoyang tubuhnya yang belum tersadar tak membuat pria ini menyerah, perlahan diambil peniti yang ada didalam tasnya dan ditusukkan ke ibu jari tangannya dan walhasil “AAAA…..aaaaarrgghttt…” teriak pemuda ini yang langsung terpental ke depan jok dan kehilangan keseimbangan membuat kepalanya terbentur di pintu mobil. “adduuuhhh pak, apa apaan sih nih” gerutunya sembari meringis. Orang yang membangunkannya tadi hanya bisa melongo melihat tindakan berlebihan yang dilakukan korbannya dan tersenyum “maaf de’ tadi bapak sudah bangunkan pake cara halus tapi tidak mempan, makanya pake cara ini” ungkap pak sony sambil memperlihatkan peniti yang dipakai untuk mengeksekusi sang korban. Pak sony adalah seorang supervisor yang juga melakukan liburan di Tibet, pak sony mengambil inisiatif untuk membangunkan firman karena sang sopir yang asli Tibet menyerah membangunkannya yang tertidur sangat pulas.   Dengan geraman khas seseorang yang terbangun dari tidur panjang dan dengan kesadaran yang belum penuh sambil mengucek kedua matanya yang agak memerah serta rasa nyeri yang menimpanya akibat menghantam pintu mobil. dia pun balik bertanya sembari melongokkan kepalanya keluar dari jendela mobil dan melihat hiruk pikuk aktivitas para turis dan warga yang berbaur sesekali menyapa satu sama lain layaknya mereka berasal dari negara dan perkampungan yang sama
 ada apa ya pak??......hooammm” sembari sesekali menguap tanda ngantuknya belum sepenuhnya pudar dan mengusap kepalanya berkali kali.
kita sudah sampai di daerah tujuan,,,,tuh rumah di depan sana, rumah kepala suku dan tinggal ade’ saja yang belum turun dari mobil” dengan tersenyum kecil sambil memperlihatkan sebaris gigi putihnya dan diikuti dengan gerakan tangan  kiri yang menunjuk ke arah depan mobil yang didepannya telah nampak sebuah rumah sederhana yang atapnya lebih menyerupai sebuah kubah dan berdinding batu yang tersusun rapi dan dari penampakannya sepertinya dinding itu terekat satu sama lain dengan menggunakan perekat yang lebih menyerupai semen. Rumah ini mempunyai warna yang tidak terlalu mencolok, hanya berwarna putih keabu-abuan yang khas dengan warna salju sehingga nampak agak berbaur dengan salju tibet. Didalamnya terdapat ruang tamu dan beranda yang begitu luas dan tampak nyata terlihat aktivitas para wisatawan yang sedang sibuk mondar mandir dan tampak sedang mempersiapkan segala sesuatunya. Sementara dalam keadaan terpana dengan keadaan di depan matanya, pak sony yang sedari tadi memperhatikannya yang menatap sekeliling mulai angkat bicara
tuh teman teman yang lain juga sudah siap siap untuk ke puncak tuk melihat matahari terbit...ade’ mau ikut??” seraya menunjuk ke segerombolan wisatawan dari berbagai negara yang berlalu lalang di depan rumah kepala suku yang menjadi pos inti para wisatawan yang ingin melakukan tour pendakian. Pak sony yang langsung pergi menuju bagasi dengan mengambil tas yang sedari awal memang ingin diambilnya. sementara itu firman masih terduduk angkuh di jok mobil dan melirik malas kepada wisatawan yang mendengarkan instruksi dari guide yang ditugaskan memandu mereka ke puncak.
“Ahhhh” desahnya seraya memperbaiki posisi duduknya dan dengan muka yang masih lepek berniat ingin melanjutkan tidurnya kembali yang terganggu namun seakan akan ada aliran listrik yang begitu dahsyat menyetrum tubuhnya yang telah berniat menyelam kedalam lautan mimpi. “Oooh iya pak saya ikut..!!” serunya secara tiba tiba diikuti dengan gerakan refleks keluar dari mobil mengikuti pak sony ke arah bagasi dan mengambil tas ransel yang dia persiapkan khusus untuk perjalanan ke puncak dan berlari menuju ke segerombolan turis tadi. Tidak butuh waktu lama untuk sampai ketempat itu sambil memperbaiki nafasnya yang tersengal sengal yang dipacu secara tiba tiba.
“huuufftt hampi....r aja. untung pak sony  bangunin..klo ndag... !! bisa bisa buyar semua apa yang kurencanakan....masa mau nunggu 1 mingguan lagi sebelum bisa melakukan pendakian lagi,,ahh terima kasih penitinya pakgumamnya.
            Di desa ini terdapat sebuah paket wisata yang menawarkan kepada para wisatawan untuk melakukan tour pendakian ke salah satu puncak bukit pegunungan Himalaya. Tempat yang dimaksud mempunyai area yang cukup datar dan luas untuk sebuah perkemahan lebih dari 20 tenda, kira kira lebarnya seluas lapangan sepakbola yang disebelah kiri dan kanannya terdapat tebing yang menjulang tinggi seraya mengapit tempat tersebut. Sementara itu di belakang yang menjadi gerbang pintu masuk merupakan turunan ke arah desa yang dilingkupi salju tebal kemudian di depan merupakan jalan buntu yang menjadi ujung dari dataran itu merupakan jurang yang telah terpagari dengan besi berantai setinggi dada orang dewasa. Di sinilah pemandangan indah ciptaan tuhan ditampakkan ketika mata hari mengintip dibalik perbukitan dan menyinari lembah tak berdasar yang berkabut gelap.
            Itulah yang ingin dibuktikan oleh firman setelah mendengar desas desus tentang tempat itu dari seorang rekannya dan dari informasi yang didapatkan, pendakian tur itu hanya dilaksanakan dalam sekali seminggu yaitu setiap hari kamis. Jika tidak mengikuti tur pada hari itu maka harus menunggu hari kamis berikutnya, alasan warga untuk melakukan pendakian kemungkinan karena mereka menganggap hari kamis adalah hari yang baik untuk memulai melakukan sesuatu pekerjaan atau aktivitas, yaa walaupun setiap hari adalah sama tapi itulah kepercayaan apalagi sudah tradisi jadinya akan susah merubah pemikiran seorang apalagi sekelompok orang.
            Setelah mendengar instruksi dari guide, mereka pun bersiap memulai pendakian yang direncanakan start dari rumah kepala suku menuju ke barat, melewati turunan sebelah selatan desa menuju lembah barat dan memulai pendakian dari kaki bukit menuju puncak. Sebelumnya,, yang akan ikut pendakian terhitung wanita berjumlah 4 dan 6 pria termasuk instruktur pendakian yang berwajah original tibet dan dari ke empat wanita itu ketiganya berasal dari eropa dan yang satunya lebih menyerupai penduduk lokal serta wisatawan prianya terdiri dari 2 orang jerman, 1 orang afrika dan 2 orang indonesia termasuk dirinya dan pak sony yang sementara  mempersiapkan semua alat yang akan dibutuhkan selama pendakian.
            “hari yang spesial” gumamnya sambil menghirup udara pegunungan himalaya, mereka memang sengaja berangkat dini hari dengan pertimbangan pemandangan indah matahari terbit ditempat yang akan mereka tuju dan tentunya mereka harus sampai ditempat tersebut sebelum sang fajar muncul dibalik pegunungan tibet. Langkah yang mantap dan sesekali terbenam diantara salju membuatnya mengingat akan sesuatu dan mengocek kembali isi kantongnya dan mengambil handphone yang terselip, dengan jemari yang mantap menekan tuts tuts handphonenya kemudian mengirimkan pesan singkat kepada orang tuanya. Sementara mereka sudah sampai diperbatasan desa, terdengar dering handphonenya berbunyi “loh,,,langsung berangkat?? Bukannya istirahat dulu” pesan yang terbaca itu hanya ditanggapinya dengan senyuman dan memasukkannya kembali kedalam saku celananya setelah sebelumnya mereply pesan tersebut dengan balasan seadanya. “tenang mi ki etta, anak ta akan baik baik saja...luv u alwayz” gumamnya disertai dengan senyuman lepas khas seseorang baru terbebas dari penjara kumuh nan gelap bersamaan dengan hilangnya signal jaringan handphone setelah sekitar 1,2 Km keluar dari gerbang desa. Sementara itu di ufuk matahari sudah mulai menampakkan sinar temaramnya bersiap menyambut mereka yang ingin memperhatikan kecantikan dan keperkasaannya seakan pada pagi itu akan dilaksanakan kontes kecantikan mahluk ciptaan sang maha dihadapan penontonnya.
*******
            Pendakian selama empat jam lebih tak terasa lama setelah pemandangan yang ada di depan mereka tersaji sebuah keagungan alam yang terpancar dari lereng salju abadi yang memantulkan cahaya mentari di pegunungan himalaya. Tenda tenda pun didirikan berbentuk layaknya pelana kuda di puncak bukit yang agak datar menghadap ke barisan pegunungan yang memaparkan sinar mentari dihadapan mereka yang duduk berbentuk lingkaran sambil saling memperkenalkan diri dan bercanda ria... sudah menjadi hal yang lazim bila melaksanakan suatu perjalanan seperti ini maka para wisatawan ini baru akan saling mengenal dan memperkenalkan diri setelah sampai ditempat yang dituju dan akan dibingkai kedalam berbagai permainan yang sengaja di atur untuk lebih mengakrabkan para turis satu sama lain namun selama proses tadi ada yang mengganjal di pikiran firman yaitu pada saat  memperkenalkan diri, seorang wanita yang diperkirakan penduduk lokal karena dari kulit dan wajahnya nampak agak mirip dengan penduduk lokal yang dia lihat setelah sampai di desa sarangkot mulai memperhatikannya terasa seperti ada sebuah ketertarikan namun tertutup dengan muka datar yang tak diketahui maksudnya padahal selama dalam perjalanan, wanita ini malah tak acuh kepada siapapun bahkan terkesan cuek.
            “ada ap.....a dengan wanita itu??? Apa ada yang salah dengan diriku???”  seraya mengalihkan pandangan ke arah tubuhnya yang memang dari awal juga mencuri curi pandang kepada wanita tadi.
“ahh normal saja kog, sama dengan yang lain” dengan berusaha menutupi rasa herannya dia mengambil sebotol air mineral di tasnya dan mengarahkan pandangannya menoleh ke tempat wanita itu.
“ehh mana, dia belum perkenalan sudah menghilang??” terheran karena wanita yang dia cari sudah tidak ada di tempatnya dan berulang kali menolehkan kepalanya kekiri dan kekanan dengan mata mencari sosok yang ingin dikenalnya.
“perasaan baru saja dia terdiam disana...aku harus bicara dengannya setidaknya 4 mata” gumamnya sembari bangkit dari tempat duduknya setelah sebelumnya memberitahu pak sony bahwa dia akan meninggalkan tempat untuk mencari keberadaan wanita itu namun tak jua menemukannya setelah berpikir sejenak dia pun memutuskan mencarinya di luar area tenda tenda. Dengan sedikit berlari kecil ternyata yang dia cari sedang berdiri menghadap ke lembah yang masih nampak jelas tempat mereka start untuk memulai pendakian, sekitar 250 meter dengan gerombolan tenda dibelakangnya. Dr. Firman terdiam di tempatnya berhenti dan menatapnya dengan penuh kekaguman, betapa dia melihat sesosok wanita dengan wajah yang cantik dan begitu ayu jauh dari sosok glamour yang banyak ditawarkan gadis gadis metropolitan membuatnya terpaku dan dengan sigap memutuskan untuk mendekatinya dan mengenalnya secara seksama akan tetapi dia pun menyadari ada yang aneh diwajah cantik itu., wajahnya terlihat agak pucat “seperti seseorang yang kurang tidur atau......”
“brukkk” sebelum dia menyelesaikan gumaman terakhirnya wanita itu telah terjatuh ke salju padat dibawahnya
wanita itu tiba tiba tersungkur menghadap salju bahkan setengah tubuhnya terbenam. Sontak hal itu membuyarkan lamunannya dan dengan sigap berlari ke arahnya. Memang terlihat wanita ini pucat dan badannya sangat lemah apalagi posisi jatuhnya berada di kemiringan dan salju yg dalam sampai mencapai batas lutut membuatnya kewalahan mengangkat tubuh itu,,,seraya berpikir bahwa tidak mungkin kalau hanya dia sendiri yang mengangkatnya dalam situasi seperti itu, dia pun meletakkannya kembali seraya memastikan tempatnya aman dan berlari menuju rombongan untuk meminta pertolongan. Dalam beberapa menit kemudian para wisatawan yang lainnya datang membantu, wajah mereka yang tadinya penuh keceriaan beralih menjadi penuh kecemasan yang sangat dalam. Butuh waktu yang lama untuk mengangkat wanita ini dari kemiringan dan dengan hati hati ditandu menuju ke salah satu tenda. Firman yang sedari tadi juga ikut mencemaskan keadaannya berlari ke arah guide dan pak sony “pak sony tolong kembali ke perkampungan pak, sepertinya sakitnya parah pak..cepat pak..cepat…!!” cemasnya sambil kembali berlari memutar arah ke arah wanita yang sudah terbaring di dalam tenda dalam kondisi yang sekarat, napasnya tersengal dan wajahnya pucat.
“please, give me a way...i’m a doctor” ungkapnya sembari mendekati tubuh wanita yang kira kira seumuran dengannya itu, dari gejala yang timbul pada tubuhnya dapat diprediksikan dia terkena racun tumbuhan yang secara tidak sengaja mengenai tubuhnya selama dalam pendakian. Racun tumbuhan jenis ini kebanyakan yang mengandung asam sianida. Sebelumnya memang guide memutuskan memakai jalur lain dalam pendakian setelah memasuki lembah karena pertimbangan salju yang turun begitu padat di jalur yang seharusnya mereka pakai dan ditempat tersebut memang terdapat beberapa tumbuhan beracun namun sudah diperingatkan oleh guide untuk tidak menyenuh tumbuhan tumbuhan yang dianggap beracun. Belum diketahui kenapa wanita ini bisa terkena racun tumbuhan itu.
“pasti ada sesuatu yang menancap dalam tubuhnya setidaknya ada potongan ranting yang mengenainya selama pendakian” terkanya sementara membolak balikkan badan wanita itu dan memeriksa tiap tiap jengkal tubuhnya sementara yang lain hanya melongo melihat tindakannya namun tak jua dia temukan. Tak menyerah sampai disitu firman berinisiatif membuka jaket luarnya dan memperhatikannya sekali lagi “ahh belum dapat, dimana racun itu menancap?” sembari mundur terduduk layaknya orang yang sedang putus asa yang mengharapkan petunjuk dibarengi dengan nalurinya yang sangat mengatakan tidak ingin membiarkan wanita ini menjemput ajal didepannya. Tanpa disadari terasa ada kekuatan yang mengarahkan pandangannya ke salah satu bagian tubuh wanita ini dan..
“ahhh dapat..!!” serunya
Tepat di jari manis kiri terdapat potongan kecil ranting seukuran jarum yang menembus kaos tangannya, jika di indonesia ranting ini bersumber dari tumbuhan yang dinamakan pacung yaitu sejenis tumbuhan yang seluruh pohonnya mengandung asam sianida yang sangat beracun, kecubung, daun dan bunganya mengandung atropin yang bisa membuat halusinasi serta jamur amannita mengandung mesakarin yang bisa membunuh hewan maupun manusia.
“give me my bag” tatapnya kepada seorang turis asal jerman yang berada dihadapannya, tepat di sebelah kanan jerman tersebut terdapat tas motif batik coklat yang diminta oleh dokter muda itu dan sekejap itu pula tas itu sudah ada di tangannya. Tanpa membuang waktu dia langsung menguber-uber isi tasnya dan mengambil pinset beserta segulung kapas dan perban. Dengan hati hati dan ketelitian yang tinggi mencabut ranting beracun itu kemudian menghisap racunnya.
“is any there between on you bring a salt???? I need it to netralize the poison now. If late this girl will die!! Ungkapnya seraya menatap setiap wajah yang ada didepannya. Para turis yang berada di depannya pun hanya memandang satu sama lain dan mengingat barang bawaan meeka.
“Oooh yeah i have..!!” seru seorang wanita paruh baya berbalik ke arah tas gunungnya dan mengeluarkan tempat makannya. Di dalamnya terpisah beberapa bagian yang diperuntukkan untuk jenis makanan tertentu. Di tengahnya terdapat nasi, disampingnya ada roti dan keju, juga terdapat sayuran dan ikan dan terdapat sebuah cekungan kecil diantara nasi dan sayuran yang jika diperhatikan secara seksama terdapat beberapa biji garam yang dia gunakan sebagai penyedap rasa.
“oke there is no time...make it smooth” perintahnya untuk menghaluskan garam tersebut dan menaburkannya ke bekas luka tersebut setelah sebelumnya rantingnya dicabut dan lukanya telah dibersihkan. Dalam kasus seperti ini hanya tindakan seperti ini yang bisa dia lakukan karena dari apa yang telah dia baca jika ingin menkonsumsi tumbuhan yang baru dikenal, ada baiknya dimasak dengan menggunakan garam untuk menetralisir racun yang terdapat didalam tanaman yang ingin dikonsumsi. Karena kondisi yang tidak memungkinkan, hanya cara itulah yang dianggapnya paling efektif walaupun skala keberhasilan dibawah 50%, harapannya yang pertama adalah agar racun itu masih sempat dinetralisir sebelum mencapai jantungnya dan dengan menghisap racun dan menetralisirnya dengan peralatan seminim itu adalah suatu hal yang menakjubkan jika wanita itu bisa sembuh.
Pada situasi seperti ini tempat berharap hanya kepada tuhan, manusia tidak bisa berbuat apa apa selain menunggu keajaiban datang karena dokter ini pun tidak yakin dengan eksperimennya namun sekali lagi dia memantapkan suara hatinya “Cuma ini yang bisa saya lakukan selebihnya kuserahkan padamu tuhan” , dia pun berbalik dan duduk menatap wanita yang terkulai lemah yang berjuang melawan kematian dengan nafas tersengal sengal.
Dengan kepala menunduk dan kaki tertekuk serta tangan yang menyilang di atas lutut membuat firman merasakan sedikit lelahnya terlepas kemudian memejamkan mata. Terbayang wajah wanita muda yang terkulai lemah itu sebelum berangkat meninggalkan desa begitu ceria dan akrab dengan keluarga kepala suku. Sebenarnya dokter muda ini juga merasakan getaran yang aneh setelah melihat wanita ini tapi dianggapnya hanya sebuah luapan emosi semata sampai pada peristiwa ini yang membawanya merasakan kembali getaran itu sekali lagi. Perlahan entah karena kelelahan atau terlena di alam khayalnya membuatnya terlelap tanpa sadar dan para wisatawan lain yang melihatnya hanya membiarkannya setelah semua usaha yang telah dia lakukan. Sedikit demi sedikit suara sayup dan aktivitas dalam tenda mulai redam di telinga dokter ini seiring alam khayal mulai berpindah dan membawanya ikut dalam pusaran mimpi.
Sementara di jalan terjal menurun perbukitan terdapat dua bayangan yang berjalan dengan tergesa gesa menuju desa sarangkot. Ya dia pak sony dan guide itu dengan sedikit berlari kecil ditemani dengan sapuan angin campur salju yang mengenai tubuh mereka. Dari perkemahan belum ada sepatah kata pun keluar diantara keduanya sampai ketika pak sony menanyakan tentang perihal wanita muda tadi. Iya pak dia adalah anak angkat dari kepala suku, dia adalah wanita yang berasal juga dari Indonesia sama dengan bapak. Gadis itu sangat disayangi oleh warga kami apalagi sang kepala suku karena kebaikan dan kesederhanaannya ungkap guide itu. Dengan wajah yang semakin menyiratkan rasa penasaran pak sony pun melanjutkan pertanyaannya sampai gerbang desa Nampak dihadapan mereka. Sebenarnya masih ada yang ingin dia tanyakan kepada guide itu tapi dia merasa hal itu sudah cukup menjadi informasi baginya untuk diberikan kepada pemuda yang sedang berjuang pula diatas sana.
**
Sejam dua jam berlalu, nafas wanita itu sudah mulai stabil dan seorang wisatawan masuk ke tenda dengan sedikit berteriak “bantuan medis dataang…!!”. Sontak hal itu membuat firman terbangun dari mimpinya dan menatap ke sekeliling tenda yang isinya cuma ada dia dan wanita yang terbaring lemah karena semua wisatawan serentak berlari keluar tenda melihat bantuan medis yang datang. Perasaannya pun sudah mulai lega melihat perkembangan kesehatan wanita itu kemudian didekatinya dan memeriksa suhu badannya. “cantik dan anggun” gumamnya “hei..hei apa yang kau katakan dia sedang sakit” sadarnya sambil berbicara kepada dirinya sendiri yang langsung salah tingkah dengan ulah spontannya. Dia pun bergegas keluar tenda mendekati para wisatawan lain yang sudah berkumpul di sekitar gerbang masuk dataran itu sembari menunggu rombongan di bawah yang semakin dekat hingga sampai pada proses pengevakuasiannya kembali ke desa.
Dalam perjalanan pulang pak soni yang sedari tadi memperhatikan firman mendekatinya seraya berbisik bahwa yang dia selamatkan itu adalah putri angkat kepala suku. Kepala suku mengangkatnya sebagai anak karena selain tidak mempunyai putri juga dia sangat kagum kepada wanita ini yang rela menjadi guru satu satunya di sekolah yang dibangun oleh kepala suku.
“Apakah kau tahu wanita yang menjadi guru sukarelawan ini dari mana??” tanya teman indonesia kepada sang dokter.
“tidak pak....apakah anda tahu dia dari mana??” balasnya sembari memasang muka bingung dan hal yang membuatnya kaget sewaktu dia mengatakan bahwa wanita tersebut juga berasal dari daerah yang sama dengan mereka yaitu indonesia.
Seraya menoleh kepada si wanita yang masih terkulai lemah di atas tandu “dia betul betul malaikat, apakah anda tahu namanya??”
“saya tidak tahu karena apa yang kuberitahukan kepadamu adalah apa yang kuketahui barusan dari instructur tibet yang menuntun kita kesini” dengan tatapan tertuju kepada seseorang yang berada di depan rombongan kembali ke desa.
********
Di penginapan yang tak jauh dari rumah kepala suku, firman terdiam dalam lamunannya sembari menatap langit yang sudah berubah kelam, dalam keadaan terbaring di atas ranjang dia mengingat sekilas pembicaraan dengan kepala suku bahwa gadis tersebut merupakan gadis indonesia yang juga merupakan seorang akademisi. Tujuan awalnya ke tibet adalah untuk penelitian dan memutuskan untuk mengabdikan dirinya. naluri kependidikannya muncul setelah menyaksikan fenomena masyarakat yang terjadi di daerah ini dan mulai mengutarakan maksudnya untuk mengabdikan diri menjadi seorang pengajar kepada kepala suku dan gayung pun bersambut kepala suku yang memang memerlukan tenaga pengajar untuk sekolah baru yang ia dirikan dan xiao yu yang secara sukarela ingin menjadi tenaga sukarela di tempat tersebut
“Xiao yu” masyarakat desa sarangkot sering memanggilnya. Itulah nama yang diberikan kepala suku untuknya dan dia memutuskan lebih menggunakan nama itu ketimbang nama dia yang sebenarnya putri amelia rasyid yang akan berlaku lagi setelah tiba di indonesia.
Di dalam rumah berkubah itu masih terbaring tubuh wanita yang telah sadar sepenuhnya namun masih dalam keadaan lemah dan rutin pula tiap hari sang dokter datang memeriksa keadaannya namun ibaratnya ini bukanlah seperti kunjungan seorang perawat terhadap pasiennya namun lebih seperti seorang muda mudi yang berbagi cerita dan pengalaman masing masing dengan diiringi canda tawa dan senyum yang merekah di dalam wajah mereka. Peristiwa itu berlanjut berulang kali tiap hari dan berakhir dengan peraduan tatapan manis sebelum berpisah dan janji untuk bersua esoknya lagi.
Sebuah pribahasa klasik yang mengatakan “tak kenal maka tak sayang dan tak sayang maka tak cinta” sepertinya berlaku bagi kedua orang ini yang tanpa diduga telah saling memperhatikan di awal pertemuannya rasa itu muncul dalam benak akan kekaguman akan sifat keibuan wanita ini dan dipadukan dengan kecantikannya membuatnya jatuh hati, perasaan yang sama juga dirasakan oleh xiao yu sifat perhatian dan ketulusan yang ditunjukkan lelaki itu membuatnya merasakan getaran asmara yang meluluhkan salju abadi himalaya sekalipun.
Sebulan berlalu tak terasa liburannya akan selesai pula. Namun masih ada hal yang dirasanya belum sempurna yaitu mengutarakan perasaannya kepada xiao yu. Dia pun berencana bertemu dengan xiao yu keesokan harinya sekaligus mengungkapkan suatu kata sakral bagi setiap manusia yang siap menjajaki kehidupan baru yaitu meminangnya. Tibalah mereka berdua bertemu di sebuah kedai minum di daerah tersebut. Tempat yang tidak terlalu mewah tapi menawarkan sejuta pemandangan indah karena letak salah satu biliknya menghadap kearah rimbunan pepohonan pinus yang berjejer indah di sepanjang perbukitan begitupun dengan angin dingin yang menerpa tubuh yang terbalut jaket hangat keduanya.
Teh hangat terhidang di hadapan keduanya dan seperti biasa setiap pertemuan akan selalu ada canda tawa serta celotehan celotehan ringan yang mengalir dari mulut keduanya dan jika ada ungkapan bahwa jika jatuh cinta dunia seakan milik berdua maka begitulah yang terjadi, diantara keduanya seakan ditempat itu hanya mereka berdua yang duduk saling menatap dan sesekali tersenyum tersipu.
“xiao yu ada sesuatu yang ingin kukatakan kepadamu” ungkapnya sembari mengaduk minuman yang ada di depannya. Aroma dan uap teh mengepul mengenai wajahnya sehingga sedikit mencairkan air muka dokter muda ini.
“iya ada apa ??” ungkap gadis itu sembari menyeruput teh panasnya. Angin menerpa rambutnya yang dibiarkan terurai. Walaupun cuaca sudah masuk dalam skala dingin tapi berbeda dengan raut muka xiao yu yang Nampak jelas bersemu merah seakan sudah mengetahui maksud yang akan diungkapkan oleh laki laki yang ada didepannya.
“aku sudah membicarakan ini dengan orang tuaku bahwa aku menemukan pilihan hatiku disini dan aku ingin melamarnya untuk kubawa pulang ke indonesia, dan itu adalah dirimu. Aku telah jatuh hati padamu dan kagum akan naluri keibuanmu, aku ingin melamarmu. Maukah kau menjadi pendampingku???” ungkapnya dengan penuh ketulusan dan gamblang di depan  xiao yu
Suasana pun Nampak hening sejenak dan sekali lagi angin berhembus menerpa keduanya seakan angin itu kembali untuk kedua kalinya untuk menyaksikan kebersamaan keduanya.
“aku tahu kamu akan mengatakan ini karena aku pun memiliki perasaaan yang sama dengan mu, aku juga sudah menghubungi keluargaku di indonesia dan juga mereka sudah mengetahui dirimu namun aku juga tidak bisa berpisah dengan keluarga ku disini, mereka semua juga seperti keluargaku, apakah yang harus kulakukan” tanya xiao yu sambil tertunduk.
Merasakan dirinya berada pada posisi yang dilematis antara cinta dan keluarga. Xiao yu khawatir bahwa jika dia menikah dengan orang yang dicintainya, dia pun harus rela meninggalkan keluarga barunya untuk selamanya dan begitupun sebaliknya, xiao yu sebelumnya sudah rutin kembali ke indonesia tiap sekali 3 bulan dan itu dia habiskan Cuma untuk keluarganya karena lingkungannya yang berada di metropolitan membuatnya tidak nyaman dengan pola hidup di kota metropolitan. Di tibet dia lebih banyak merasakan kedamaian dan kecintaan yang terbentuk secara tulus dari masyarakat tradisional.
“ini bisa kita atasi xiao yu, kita akan membaginya. Sekali dalam 3 bulan kita akan ketempat ini lagi untuk merawat dan mengajar penduduk disini, aku pun juga sangat menyukai lingkungan di tibet ini” senyumnya dengan menguatkan keyakinan. Sembari tersenyum membalas tatapan orang yang didepannya xiao yu tidak tahu harus mengatakan apa apa lagi hanya satu kalimat sederhana yang dia keluarkan sebagai pertanda persetujuannya “dan mengingat kedekatan kita selama ini anda sudah pasti dapat menerka apa jawabanku dokter muda”.
Sebulan kemudian pernikahan pun dilangsungkan dan dilaksanakan secara meriah sesuai adat tibet setelah semingggu sebelumnya akad nikah dilaksanakan di indonesia dihadiri oleh sanak keluarga kedua mempelai begitupun selanjutnya mereka berdua rutin kembali ke tibet untuk mengajar dan mengobati para warga, hal ini juga tidak terlalu memberatkan bagi ekonomi keduanya karena secara tidak langsung mereka tergabung dalam relawan PBB untuk Tibet dan pada saat kembali ke indonesia sudah ada asisten yang masing masing mereka percayakan dibidangnya untuk mengajar dan merawat yang berasal dari kalangan pribumi
*******
End



aku ingin merindumu dengan cara sederhana
tetap indah dan kuungkapkan dengan doa